A. Menjawab Tuntutan Umat
Cikal bakal berdirinya Masjid Jami’ Al-Nizham adalah sebuah Masjid Tua yang didirikan awal tahun 60-an. Masjid ini pun menurut cerita merupakan pindahan dari sebuah langgar wakaf di daerah Johar. Masjid tersebut entah kenapa tidak diberi nama, hanya dinisbatkan saja ke daerah di mana ia berada, yaitu Rawasari dan masjid tua itupun dikenal dengan sebutan Masjid Jami’ Rawasari. Adapun detail Sejarah tentang awal pendiriannya sudah tidak dapat dilacak lagi, para saksi hidupnya sudah beberapa generasi meninggalkan dunia ini, pengurus demi pengurus sudah tak terhitung lagi bergantian memimpinnya, sampailah pada tanggal 16 Juni 2000 sejumlah masyarakat dengan dipimpin bapak Ketua RW 01 waktu itu, H.Harun Al-Rasyid SH meminta kesediaan bapak Umay M. Dja’far Shiddieq, untuk melanjutkan kepemimpinan masjid tua tersebut.
Bapak Umay tidak menolak permintaan umat itu, namun beliau mengusulkan agar dilakukan melalui pemilihan dengan mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat lingkungan, lalu diadakan pemilihan secara demokratis. Akhirnya tanggal 26 Juni 2000, diadakan pemilihan Ketua Pengurus Masjid Jami Rawasari periode 2000-2005, dihadiri oleh 43 undangan, dan dipilihlah tiga kandidat calon ketua, hasil pemilihan secara bebas dan rahasia itu adalah: bapak Umay mendapat suara 42 dan yang lainnya mendapat satu suara, yang lainnya lagi nol, rupanya jangankan peserta yang lain, kandidat lainnya pun memilih beliau, karena suara saingannya yang satu itu pun menurut pengakuan beliau adalah pilihannya, betapa bulatnya suara pemilihan itu, hanya beliau sendirilah yang tidak memilih dirinya. Subhaanallah. Dalam sambutan pertamanya beliau menyatakan : “alhamdu lillah”, sekaligus “Innaa lillahi” , jika seperti ini suara umat, maka beliau menyitir salah satu sabda Nabi saw “ Ummatku tidak akan bersepakat atas kesesatan” , bismillaahir rahmaanirrahiim; saya terima. Namun para pemilih harus bertangung jawab atas pilihannya di dunia sampai akhirat, salah satu bukti tanggung jawab itu:” Jika saya benar di jalan Allah maka bantulah, sebab itu artinya membantu agama Allah yang pasti Allah akan membantu dan meneguhkan pijakannya, namun jika saya salah, maka luruskanlah karena Allah…”
Pada tanggal 02 Juli 2000 Kepengurusan telah tersusun sekaligus dengan Job description dan Program Kerja jangka panjang, menengah dan pendek. Tak kalah menariknya, sebelum beliau memimpin rapat beliau menyebarkan formulir kesediaan menjadi donatur tetap, lalu beliau menyampaikan maksudnya . Kita akan mengurus Masjid amanat Allah, mustahil dapat berjalan tanpa dana, maka kita harus mencari dana. Dalam Islam , Orang beriman dilarang Allah menyuruh orang lain berbuat kebaikan sebelum mereka sendiri malakukannya (QS .2:44, dan QS.61:2-3), maka sebelum menuntut orang berinfaq di Masjid, kita pengurus harus lebih dahulu berinfaq, maka isi dan tanda tangan dulu formulir itu, lalu kita hitung, inilah bukti ibadah pertama kita, baru nanti kita mencari dana dari umat. Maka sesudah formulir itu dihimpun dan dihitung jumlah dana yang tercatat mencapai Rp 920.000,- . Alhamdu lillah, ujar beliau, langkah mulia, sejak awal kita telah menghindarkan kutukan Allah, insya Allah pasti Allah menolong dan meneguhkan pijakan kita sebagaimana janji-Nya (QS.59:7)
B. Umat Menyambut Perubahan
Jum’at pertama dari kepengurusan bapak Umay langsung mengumumkan manajemen terbuka dan kebijakan kepengurusannya, serta garis besar program kerjanya. Subhaanallah… Selesai jum’at kotak infaq dihitung, hasilnya luar biasa. Pada Jum’at - Jum’at sebelumnya rata-rata hasil kotak infaq berkisar antara 200.000 – 250.000 , tetapi hasil kotak Jum’at saat itu mencapai 600.000 an lebih.
Kantor Sekretariat dan Administrasi keuangan serta surat-menyurat mulai ditata dan dibenahi, formulir dan berita acara penghitungan uang, pengumuman keuangan setiap minggu dipampang di papan pengumuman, jamaah shalat mulai banyak dilihat dari bertambahnya jumlah shaf shalat rawatib, Pengajian subuh mulai diminati, pengajian mingguan mulai dihadiri bapak-ibu dan remaja. TPA Ar-Rawdhah yang semula sudah ada, hasil rintisan bapak Fathurrahman dan Bapak Heru Purwanto, semakin banyak peserta anak-anak mengajinya, pengajian ibu-ibu ash-Shalihat juga ikut-ikutan bertambah anggotanya. Semuanya itu adalah pertanda umat menyambut perubahan.
Garis kebijakan manajemen yang menegaskan Masjid jami Rawasari bebas dari dominasi madzhab, aliran, dan golongan, baik masa apalagi politik, semakin mendapat apresiasi masyarakat luas.
C. Program yang Dicanangkan
Mencapai suatu tujuan hampir mustahil tanpa melalui perencanaan yang matang, sedangkan direncanakan secara matang saja tidak selalu mencapai kesempurnaan target atau sasaran, maka apalagi kalau tidak ada perencanaan. Lagi pula sukar untuk melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan dan kegagalan sebuah organisasi kalau tidak ada perencanaan.
Program Pengurus Masjid Jami Rawasari 2000-2005 disusun melalui pembidangan yang ditetapkan tiga bidang; Idarah (manajemen), Ri’ayah (Pembangunan Fisik dan pemeliharaan), dan ‘Imarah ( kegiatan memakmurkan Masjid). Dalam pengeja- wantahannya menempuh kebijakan yang didasarkan atas prinsip:
“Melestarikan kebijakan lama yang masih baik (relevan), mengembangkan kebijakan baru yang lebih baik”
Atas dasar itu program dalam bidang idarah memprioritaskan Badan Hukum Yayasan. Dalam penyusunan draft Anggaran Dasar serta musyawarah perumusannya, melibatkan mantan mantan pengurus sebelumnya, dan ditetapkan nama Yayasannya adalah Yayasan Masjid Jami’ Rawasari, untuk mengabadikan nama Masjid itu, meskipun boleh jadi nantinya akan ada Masjid baru yang jauh lebih besar dan lebih baik.
D. Idarah, Ri’ayah, dan ‘Imarah
Idarah, Pengelolaan Masjid atau apa pun harus dimulai dengan pembenahan Manajemen, baik piranti lunaknya, meliputi tata administrasi surat-menyurat, keuangan, peraturan-peraturan kepegawaian, tata-tertib, sampai ke piranti kerasnya, meliputi kantor, dan perlengkapannya.
Dalam kaitan dengan manajemen Masjid jami Rawasari bidang Idarah dirumuskan dalam bentuk Job description sesuai dengan bagan dan struktur organisasi, program kerja, time schedule, termasuk penetapan skala perioritas.
Ri’ayah, Pembangunan fisik, pengadaan sarana-prasarana, dan pemeliharaan masjid serta perlengkapan penunjangnya. Membuat perencanaan bidang fisik serta menetapkan perioritasnya. Setelah hampir tiga bulan berjalan kepengurusan baru ternyata situasi dan keondisi fisik Masjid semakin terasa tidak kondusif lagi. Di satu sisi jamaah yang memakmurkan Masjid dari mulai anak-anak, remaja, ibu-ibu dan bapak semakin ramai, sementara di sisi lain , kondisi fisik jauh dari memadai untuk mewadahi semuanya itu. Maka muncul gagasan mendahulukan pembangunan fisik untuk merenovasi Masjid Jami Rawasari menjadi dua lantai.
‘Imarah, Bidang ini menyangkut kegiatan memakmurkan Masjid, sasaran utamanya jangan sampai Masjid menjadi tanda-tanda dekatnya qiyamat, fisiknya megah tetapi sepi dari aktifitas umat beribadah. Dalam Bidang ini dipecah menjadi ; Bagian Pendidikan dan da’wah, serta Bagian Kesejahteraan Umat.
E. Berawal dari Ide Bapak Camat
Sesudah pembenahan Manajemen di dalam, langkah berikutnya mengadakan audiensi kepada Tripika (Tiga pimpinan Kecamatan) Camat, kapolsek, dan Koramil. Alhamdulillah mendapat sambutan baik dari bapak Camat Drs.H.Ibrahim Ishaka,MM.
Di kantor kecamatan pengurus mempresentasikan Manajemen Masjid serta program kerjanya, tatkala sampai kepada bidang ri’ayah dimana MJR segera akan direnovasi menjadi dua lantai, dan lantai duanya akan dicor di atas jalan Rawasari Timur, untuk menampung jamaah serta aktifitas ta’mir.
Pada saat bapak Camat menyampaikan tanggapannya yang diawali dengan pujian : baru kali ini Manajemen Masjid dapat dipresentasikan dengan alat-alat teknologi canggih (waktu itu mempergunakan alat bantu OHP). Bapak camat langsung menanggapi program renovasi fisik, yang menurutnya itu melanggar Perda, karena bangunan di pinggir jalan harus dipisah dengan garis sepadan jalan, apalagi membuat cor/dak di atas jalan raya, itu tidak akan diizinkan sama sekali. Masjid Rawasari itu, ujarnya - memang sudah tidak ideal lagi di tempat itu. Di sebelah timur jalan atau depan Masjid Rawasari itu kan ada tanah kosong milik pemda DKI, apa tidak lebih baik minta saja kepada Gubernur, ada prosedurnya khusus, namanya Lahan Pinjam Pakai.
Tentu saja ide mulia ini pengurus menyambutnya dengan al-hamdu lilah, dan atas dasar ilham Allah kepada Camat itu, pengurus mulai menghimpun data-data tentang persyaratan yang dibutuhkan, namun rupanya keberhasilan itu tidak boleh diperoleh dengan gratis, ketika pengurus meminta tanda tangan bapak lurah dalam proposal permohonan yang dimaksud, beliau tetap bersikukuh tidak bersedia membubuhkan tanda tangan dimaksud, meski pengurus meyakinkannya, tidak kurang dari 3 jam. Subhaanallaaah.
F. Perjalanan Panjang Perjuangan Lahan
Berbekal saran bapak Camat Drs.H.Ibrahim Ishaka, MM dimulailah upaya memenuhi prosedur yang telah ditetapkan Pemda DKI, dari satu kantor ke kantor yang lain nyaris setiap minggu dijalani dalam kurun waktu 2 tahun sejak Januari 2001 sampai Januari 2003. hanya berhasil mendapatkan block plan.
Berusaha seoptimal mungkin disinergikan dengan do’a sekhusyu’ mungkin itulah yang dijalani, Imam shalat jamaah dianjurkan menambah do’a dalam hati setiap sujud terakhir dalam shalat lima waktu, di setiap pengajian selalu didahului dengan al-Fatihah, memohon kepada Allah agar cita-cita baik memiliki Masjid Indah dan ma’mur dapat dimudahkan Allah.
G. Washilah Seorang Mantan Wagub
Merupakan ketentuan Allah “ Fainna ma’al ‘usri yusran, Inna ma’al ‘usri yusran” Maka sesungguhnya menyertai satu kesulitan banyak kemudahan, sungguh menyertai satu kesulitan banyak kemudahan. Ketua Umum Masjid Jami’ Rawasari mengajar Tafsir al-Qur-an di kediaman seorang mantan Wakil Gubernur DKI , bapak Drs.H. Anwar Ilmar. Di sela-sela pengajian matur kepada beliau, tentang perjuangan panjang guna memperoleh lahan pinjam pakai dari Pemda DKI.
Sebagai mantan pejabat yang terkenal ta’at beragama beliau merasa tersentuh nuraninya, dan merasa terpanggil untuk menjadi perantara pengurus MJR dengan pihak pemda DKI, saat itu pun beliau menelpon langsung bapak Wagub Bidang Kesra Dr. Djaelani, rupanya masih cukup dihormati beliau, sampai saat itu juga disepakati bapak Wagub DKI menyediakan hari untuk menerima pengurus yang didampingi bapak Drs.H. Anwar Ilmar.
Kami pengurus masih terngiang dengan saran disiplinnya bapak kami yang satu ini : “Kita adalah tamu, maka kita harus lebih dahulu datang sebelum waktu yang disediakan beliau”, sungguh akhlak yang mengagumkan, bagaimana beliau menghargai pejabat yang masih aktif, dan tidak mentang-mentang mantan pejabat (semoga Allah selalu memberkahinya, amiin )
H. Hak harus Tegak, Kebenaran Harus Diperjuangkan
Meski pengurus Yayasan sudah mengantongi IP (Izin Prinsip) dari Pemda DKI yang ditanda tangani langsung oleh Gubernur Sutiyoso, serta setumpuk persyaratan lain yang sudah dikantongi, ternyata tidak serta merta dapat melangsungkan pembangunan, karena penduduk liar yang menghuni lahan tidak bersedia mengosongkan lahan tersebut. Bahkan tiba-tiba Pengurus mendapat tembusan surat yang ditanda tangani seseorang atas nama para penghuni liar tersebut, sebagai pengaduan ke Komnas HAM dan Ombusman, yang isinya fitnah dan berita bohong.
Tak urung suasana sehari-hari dirasakan cukup tegang cenderung ke mencekam, terlebih ketika Imam masjid yang kala subuh hendak mengimami shalat jamaah mendapat teror dengan lemparan batu, dan di kesempatan lain diteriak-teriaki akan dibunuh oleh sekelompok orang-orang yang sedang mabuk, sehingga setiap subuh anak-anak remaja Masjid terpaksa mengawal sang Imam.
I. Camat yang Peduli Umat
Lagi-lagi janji Allah, satu kesulitan disertai beberapa kemudahan, terdengarlah berita bahwa Kecamatan Cempaka Putih mendapat Camat baru, Pengurus pun segera bershillaturrahim dan menyampaikan persoalan yang dihadapi, subhaanallaah… Blessing in disguese, kata orang pucuk dicinta ulam tiba, sejak tatap muka pertama tampak di dahinya “atsarussujud” bekas banyak sujud sebagian dari tanda kesalehan, bicaranya ceplas-ceplos, mudah akrab dan taat beribadah. Melihat namanya sepertinya orang Jawa Drs.H.Adnan Darsono,MM, namun aksen bicaranya sama sekali bukan Jawa, ooh ternyata beliau adalah orang NTB ( Nusa Tenggara Barat).
Alhamdulillah…seperti tidak perlu menunggu hari esok saat itu pun beliau bertindak yang dimulai dengan langkah-langkah strategis, bertemu Walikota, bertemu warga, sampai tatkala pengurus dipanggil Komnas HAM pun beliau dengan setia mendampingi dan memback up pengurus. Di awal-awal sepertinya kami pesimis dengan mental beberpa pejabat, yang minim kepeduliannya kepada umat dan rakyat, tetapi sesudah hadirnya beliau di saat – saat yang sangat kami butuhkan, seolah terobatilah kedahagaan kami akan bapak yang hanief (berpihak kepada kebenaran). Yaa Allah do’a kami untuknya, keberkahan dan dijauhkan dari fitnah hidup dan mati, amiin.
Anehnya tatkala kami telah berhasil meletakkan batu pertama dan pemasangan tiang pancang oleh bapak Wali Kota Jakarta Pusat, dan pembangunan sudah mulai bergerak dengan cepat, dana mengalir laksana air, pak Camat peduli Umat itu, mendapat jabatan promosi menjadi Kepala Bagian Perlengkapan di Walokota Jakarta Barat. sepertinya beliau sengaja dikirim Allah untuk melancarkan urusan kami, betapa tidak, beliau hanya menjabat camat di Cempaka Putih kurang dari dua tahun.
J. Uang Kerahiman sebagi Solusinya
Berbekal hasil kesepakatan dalam pertemuan antara Warga yang didampingi LBH Jakarta, dengan Pengurus Yayasan MJR, yang telah ditanda tangani semua pihak, di Komnas HAM, bapak Camat menjembatani pertemuan Pengurus YMJR dengan warga penghuni lahan di Kantor RW 02.
Salah satu butir kesepakatan di Komnas HAM adalah pihak YMJR bersedia membayar uang kerahiman sebesar Rp 450.000/ Kepala keluarga yang merupakan kompensasi pengosongan lahan, namun ketika pertemuan itu warga minta dinaikkan, dan pihak YMJR akhirnya menyepakati lagi Rp 600.000,- untuk 37 KK, ditambah dengan beasiswa bagi anak-anak warga yang yang sekolah sampai tamat SMA.
K. Sinergi Tua-Muda dalam Manajemen
Kalau boleh dibilang sukses dalam proses pengelolaan Masjid Jami Rawasari sampai kepada peralihannya ke Masjid Jami’ al-Nizham, maka salah satu kuncinya adalah para personal Manajemennya merupakan sinergi tua dan muda.
Ketua umumnya pa Umay masih kepala 4, sedangkan 3 Wakil-wakilnya;1) Bapak H.Syam Umar Pensiunan DKI dan waktu itu menjabat Staf Sekretariat Majlis Ulama Pusat, sudah kepala 7, 2) bapak H. Suyono Ardi, Presdir PT. Bingah sudah kepala 6, dan 3) Bapak Ahmadi, BA Guru di SMAN, juga sudah kepala 5 , didampingi oleh Staf Keuangan sdr Amril Muis, dan Sekretaris sdr. Muhammad Anshari Rais,yang masing-masing masih kepala 2 merupakan perpaduan yang saling melengkapi, semangat muda dalam bimbingan para tetua menghasilkan bukan saja proses yang tepat dan bijak, melainkan perolehannya juga cepat tetapi selamat.
Salah satu kenangan kami dengan orang tua kami al-marhum bapak H.Syam Umar yang dalam rapat mingguan adalah, beliaulah yang bersikeras segera pindah kegiatan shalat rawatib dan Jum’at serta aktifitas lainnya ke Masjid Jami’ Al-Nizham, padahal waktu itu semua lantainya belum dipasang keramik. Ternyata usulan beliau dengan berbagai argumentasinya itu tepat dan benar adanya, terbukti dengan dipindahkannya ke al-Nizham, jumlah jamaah shalat rawatib menjadi jauh lebih banyak, bahkan- sepertinya- ketika berdo’a mohon agar Allah memudahkann penyelesaian pembangunan Al-Nizham, terasa semakin khusyu’ karena dorongan psychologis kebutuhannya terlihat dan terasa. Semoga Allah terus menerus mencurahkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada beliau di alam barzakh sana, Amiin.
L. Tiga Camat Layak dapat Piagam” Peduli Umat”
Memang benar sabda Nabi saw. “ Dua golongan dari Manusia, jika keduanya baik, maka akan baik semua manusia, jika keduanya rusak maka akan rusak pula semua manusia, mereka adalah “ Ulama dan Umara” . Betapa pun kekuatan yang dibangun manajemen Masjid Jami Rawasari dengan mensinergikan kaum tua dan kaum muda ketika harus berhadapan dengan masyarakat luas nyaris tidak bisa berkutik tanpa dukungan dan support dari aparat pemerintahan, boleh jadi Masjid bisa mengklaim memiliki umat, namun jumlahnya sangat terbatas yang taat beribadah saja, sementara pemerintahlah yang dapat menjangkau seluruh rakyat di wilayahnya.
Hal itu terbukti, saat Camat Drs.H.Adnan Darsono MM, masih di Cempaka Putih akses kami ke Pemda DKI lancar, demikian juga kepada tokoh-tokoh masyarakat sekitar, namun tatkala Camat penggantinya, meski Pengurus tiga kali berkirim surat memohon waktu untuk beraudiensi kepadanya, jangankan diterima, dibalas pun surat kami yang -tiga kali itu- tidak sama sekali, sampai-sampai berakhirnya masa jabatan camat itu, di Cempaka putih kami belum sempat mengenalnya.
Namun Allah selalu menepati janji-Nya, di saat-saat kami dalam proses finishing proyek pembangunan Masjid Jami’ al-Nizham, datang seorang Camat, yang lagi-lagi di awal tatap muka saja kami sudah menduga, nih Camat “Atsarussujud” nya lumayan hitam, pertanda shalatnya kuat. Dalam aksen bicaranya kami menduga orang bugis ternyata benar, namanya Drs.H. Syamsuddin Lologau.
Seperti juga bapak Camat Adnan Darsono, Camat ini pun langsung terjun ke lapangan, berbincang dengan terbuka dan blak-blakan, kapan saja perlu berbicara baik via telepon maupun menghadap dilayaninya dengan baik, bahkan terkesan kami mendapat prioritas bertamu dari hari-hari kerjanya.
Lagi-lagi saat krusial ketika harus berhadapan dengan penghuni yang masih menempati lahan halaman Masjid yang sudah tampil cantik itu, sementara di halaman gubuk-gubuk kumuh masih bertahan, bapak Camat langsung turun tangan, dengan pernyataannya yang menentram kan hati kami : “Urusan lahan dan penghuni adalah urusan kami bukan urusan pengurus Masjid, doakan kami dapat menyelesaikannya dengan baik “. Subhaanallah…! Saat dinas kebersihan agak sungkan mengoperasikan Sovel, bapak camat langsung naik dan menyertai pengoperasiannya, di saat halaman sudah rapih dengan conblock, beliau menugaskan Dinas Pertamanan menanam mangga di sekeliling halaman Masjid, yang ternyata tumbuh subur. Semoga keberkahan Allah menyertai perjalanan hidup beliau sekeluarga, itulah do’a kami pengurus dan jamaah Masjid Jami’ al- Nizham.
Dalam perjalanan Masjid Jami al- Nizham, tiga camat layak mendapat piagam Peduli umat , di Awal kami mencatat betapa mulia ide dan saran bapak Camat H. Ibrahim Ishaka, di tengah kami terkenang dengan camat H. Adnan Darsono, dan di akhir sampai saat syukuran ini, kami sangat terkesan dengan kiprah H. Syamsuddin Lologau. Yaa Allah… berkahi semuanya karena amal-amal saleh mereka di rumah-Mu, Amiin.
M. Peresmian Masjid
Alhamdu lillah, setelah kurang lebih empat tahun, Masjid Jami’ Al-Nizham pun rampung pembangunannya dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 09 September 2007. Pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp. 4.700.000.000,- (Empat milyar tujuh ratus juta), dengan 95% di antaranya merupakan dana swadaya masyarakat